Selasa, 06 Desember 2022

MOTIVASI BERPRESTASI

Source image : https://m.fimela.com/

A.  Pengertian Motivasi

1.    Motivasi

      Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sendiri. Motivasi merupakan kondisi internal individu yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Peran motivasi adalah sebagai pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman 1986)

2.    Filosofi  Motivasi

      Pada hakekatnya motivasi diyakini sebagai hasil penguatan (reinforcement)    

Contoh : Perolehan nilai bagus atau pujian guru akan menambah motivasi belajar. Dorongan seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya positif (seorang yang baik) adalah motivasi untuk mendapatkan standar kepuasan diri (cognitive dissonance)

a.    Teori atribusi menemukan dua fenomena motivasi :

1)  Siswa yang meyakini bahwa sukses atau gagal itu disebabkan oleh faktor kemampuan  dan usaha dalam diri (internal)

2) Siswa yang percaya bahwa berhasil atau gagal itu disebabkan oleh faktor luar diri (external). Keyakinan inilah yang perlu diluruskan

b.    Teori Self – Worth  

Seorang individu itu belajar dari persepsi masyarakat bahwa seseorang itu dinilai/dihargai karena prestasinya. Kegagalan akan membuat perasaan diri yang tidak berharga

c.    Teori Ekspektasi

   Motivasi seseorang tergantung pada besarnya kemungkinan berhasil  dan bagaimana makna suatu keberhasilan itu bagi dirinya, contohnya :

1)   Saya yakin dapat memperoleh nilai tinggi kalau saya mau mencoba, dan bagi saya nilai itu adalah sesuatu yang sangat penting.

2)   Ada keyakinan bahwa saya bisa tergolong sebagai orang-orang yang berprestasi itu penting.

d.    Teori Humanistik

Dorongan jiwa tergerak karena ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang menggerakkan orang bertingkah laku :

1)   Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal, air dan udara), kebutuhan ini paling dasar sifatnya.

2)   Kebutuhan rasa aman, bebas suasana ancaman dan bahaya

3)   Kebutuhan untuk diterima dan dikasihsayangi atau dicintai

4)   Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dan persetujuan

5)   Kebutuhan ingin tahu, mengerti, dan menyelidiki

6)   Kebutuhan mendapatkan keindahan dan kondisi teratur

Secara umum motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :  

1.   Motivasi Instrinsik, yaitu : Dorongan yang bersumber dari dalam diri seseorang Contoh : dorongan ingin minum, dorongan ingin bisa dan lain-lainnya

2.  Motivasi Ekstrinsik, yaitu : Dorongan untuk berbuat sesuatu yang berasal dari luar diri Contoh : seseorang bertingkah laku karena adanya penghargaan, pengakuan, pujian, hadiah dan sebagainya

  Dalam prakteknya kedua motivasi tersebut harus dikombinasikan.

A.  Motivasi Berprestasi

          Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berjuang, bekerja habis-habisan untuk mencapai sukses. Daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya. Orang yang motivasinya tinggi bukan berarti tidak pernah gagal. Tetapi bila  gagal ia akan bangkit, bahkan berusaha lebih keras lagi. Sampai akhirnya sukses (Weiner, 1980).

Ada tiga jenis tingkatan motivasi seseorang yaitu :

1. Motivasi pertama adalah motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat, anak belajar karena diancam tidak diberi uang saku

2.  Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.

3.  Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, meliputi:

1.    Faktor Individual

Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah faktor intelegensi dan faktor penilaian individu tentang dirinya.

2.    Faktor Lingkungan

Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu, yang turut mempengaruhi motivasi berprestasinya.

Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 3, yaitu :

1.    Lingkungan Keluarga

Relasi yang kurang harmonis dalam keluarga dapat menimbulkan gangguan-gangguan emosional pada anggota keluarga, termasuk anak sebagai anggota sebuah keluarga.

2.    Lingkungan Sosial

Merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari. Lingkungan sekitar yang banyak memberikan rangsangan akan membantu meningkatkan rasa ingin tahu individu

3.    Lingkungan Akademik

Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah institusi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di sekolahnya,

Pastikan Motivasi Berprestasi Anda Tinggi. Tanda-tanda orang yang memiliki dorongan kesuksesan tinggi :

1.  Lebih suka dan puas terhadap prestasi hasil usaha sendiri

2.  Sukses itu bukan karena nasib mujur, tetapi hasil perjuangan

3.  Kegagalan bukan berarti sial, tetapi karena volume usahanya masih kurang

4. Mereka kreatif, lebih gigih, energik, lebih suka bertindak daripada berdiam diri, produktif,  dan penuh inisiatif

5.  Suka tantangan dan memilih tugas yang resikonya realistik sesuai kemampuan nyata yang dimiliki.

6.  Selalu mengevaluasi dan mencari umpan balik untuk lebih giat lagi

B.  Cara Menumbuhkan Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi tidak dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses yang dipelajari, dilatih, ditingkatkan, dan dikembangkan.  Berikut ini kiat-kiatnya :

1. Tetapkan tujuan (goal setting),  yakin dan optimislah bahwa kita dapat berubah, bahkan kita memang harus berubah untuk mencapai titik maksimum

2. Susunlah target yang masuk akal. Saya harus meraih peningkatan dalam setiap kurun waktu, 2 atau 3 poin seminggu

3. Belajar menggunakan bahasa prestasi. Gunakanlah kata-kata optimistis misalnya “masih ada peluang lagi”. Jadikan konsep ini sebagai budaya berfikir, berbicara, berdialog, dan bertindak

4.  Belajar sendiri cermat menganalisis diri. Masih adakah cara berfikir, perilaku, dan kebiasaan saya yang kurang menguntungkan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar